Di Desa Pagerjurang terdapat sepasang suami istri
yang menjadi pengrajin gerabah. Pada tanggal 1 Mei 2015 kami mengunjungi rumah
sepasang suami istri tersebut. Kami dipandu oleh Pak Tri yang juga pemilik
rumah tersebut dan istrinya, ibu Nanik.
Di rumah Bu Nanik dan Pak Tri kami belajar untuk
membuat gerabah dengan teknik putaran tegak. Ternyata cara pembuatan gerabah
tidak segampang yang kita pikirkan. Butuh waktu lama untuk membuatnya jika
belum berpengalaman.
Di sana terdapat banyak sekali kerajinan gerabah
yang merupakan buatan tangan Ibu Nanik. Banyak orang yang memesan kerajinan
gerabah ini untuk souvenir atau lain sebagainya tapi kalau turis biasanya hanya
melihat-lihat cara membuat gerabah dan hasil karya gerabahnya.
Ibu Nanik Sudah menekuni pembuatan gerabah sejak
kecil. Kadang jika ia merasa bosan ia membuat kerajinan gerabah, biasanya ia
membuat gerabah sampai tangannya merasa pegal. Setelah beberapa lama, karena
kebiasaan itu Bu Nanik menjadi pengrajin gerabah yang hebat.
Butuh banyak waktu untuk belajar membuat kerajinan
gerabah, kadang ada yang butuh waktu 3 bulan atau lebih tergantung dengan barang yang akan
di buat, gerabah bisa dibuat dengan cetakan atau secara manual.
Ada 2 jenis pembuatan gerabah secara manual, yaitu putaran
tegak dan putaran miring. Jika teknik putar tegak, alas akan berputar secara
tegak dan menggunakan tangan kita untuk memutar. Jika kita menggunakan teknik
putar miring maka alas akan berputar secara miring dan menggunakan kaki untuk
memutar, caranya ada bambu yang dikaitkan dengan tali lalu saat bambu di dorong
dan ditarik, alas pembuatan gerabah akan berputar. Kita mendorong bambu dengan
posisi jongkok atau duduk di kursi kecil.
Di sepanjang jalan Desa Pagerjurang ada banyak
sekali orang yang menjual berbagai macam kerajinan gerabah. Ada kerajinan
genteng, patung, vas bunga, dan lain-lain. Gerabah-gerabah yang dijual di
pinggir jalan ini ada yang merupakan hasil karya Ibu Nanik dan Pak Tri. Para
masyarakat Pagerjurang ada yang bekerja sebagai pengrajin dan ada juga yang
bekerja sebagai penjual gerabah-gerabah tersebut.
Cara pembuatan gerabah dengan cetakan, yaitu tanah
liat digemburkan dengan “diceplok”. Tanah di lapisi ke cetakan lalu di beri
sanggaan agar tidak cepat pecah. Cetakan di tutupi dengan plastik selama
beberapa hari. Setelah itu tanah setengah jadi dibakar.
Plastik yang digunakan pun dibedakan. Untuk plastik
yang tipis, hasil gerabah akan rapat dan tahan lama. Jika menggunakan plastik
tebal, hasilnya kurang tahan lama dan tidak rapat, mungkin akan mudah pecah
jika terkena panas.
Cara pembuatan gerabah dengan manual, yaitu tanah
digemburkan dengan “diceplok”. Tanah di taruh diatas alas yang berputar, lalu tanah
dibuat secara manual. Setelah itu tanah dibasahi dengan lap yang sudah
dibasahi.
Tanah yang digunakan disana sangat awet, tanah
tidak dijemur agar tidak pecah. Ketika sudah kering gerabah bisa di pakai dan
gerabah itu sangat awet.
Sejarah dari teknik putaran miring adalah, pada
jaman dulu, ibu ibu pengrajin gerabah menggunakan jarik, jadi para ibu ibu
menciptakan teknik putaran miring agar lebih membantu mereka saat membuat
gerabah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar